Identifikasi Interaksi Obat Pada Pasien Lansia Yang Berisiko Sindrom Metabolik Di Puskesmas Aikmel
Isi Artikel Utama
Abstrak
Sindrom metabolik sebagai masalah kesehatan yang terus meningkat di negara maju dan negara berkembang termasuk di Indonesia. Pengobatan sindrom metabolik cenderung mendapatkan resep polifarmasi yang tentunya kondisi ini akan meningkatkan potensi terjadinya interaksi obat. Interaksi obat dianggap penting secara klinis jika dapat menyebabkan peningkatan toksisitas atau dapat menurunkan efek terapeutik obat, sehingga tidak tercapai efek terapeutik yang diinginkan. Kasus interaksi obat yang dilaporkan lebih sering terjadi pada pasien usia lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi interaksi obat (DDI’S) pada pasien lansia yang berisiko mengalami sindrom metabolik di Puskesmas Aikmel. Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif dengan pengambilan data secara prospektif. Populasi pada penelitian ini adalah pasien rawat jalan di Puskesmas Aikmel pada bulan Mei-Juli tahun 2021 dengan kriteria inklusi; pasien yang terdiagnosis berisiko sindrom metabolik, pasien lanjut usia (usia ? 60 tahun), menggunakan minimal 2 obat. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan kasus kombinasi obat yang teridentifikasi berpotensi mengalami interaksi obat dalam peresepan pasien lansia berjumlah 99 kasus. Golongan obat yang memiliki potensi interaksi adalah obat antihipertensi sebanyak 51 (51.51%) kasus, obat antihiperglikemia 42 (42.42%) kasus dan obat dislipidemia 6 (6.06%) kasus. Jenis interaksi obat terjadi pada interaksi farmakokinetika sebanyak 37 (37.37%) kasus, farmakodinamika (58.58%) kasus dan tidak diketahui 4 (4.04%) kasus. Tingkat keparahan interaksi potensial ini terjadi pada kategori minor 5 (5.05%) kasus, moderat 86 (86.87%) kasus dan mayor (8.08%) kasus.