ANALISIS BIAYA DAN OUTCOME TERAPI PENGGUNAAN OBAT MOOD STABILIZER PADA PASIEN GANGGUAN BIPOLAR RAWAT INAP DI RSJD SURAKARTA TAHUN 2017

Isi Artikel Utama

Ferdinan Jalung
Tri Murti Andayani
Gunawan Pamudji Widodo

Abstrak

Gangguan afektif bipolar adalah salah satu gangguan otak yang menyebabkan ketidakstabilan suasana hati, energi, tingkat aktivitas, dan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari yang disebut juga dengan manik-depresi, dimana gangguan kronik dari regulasi mood yang dihasilkan pada episode depresi dan manik yang dapat terjadi selama seumur hidup seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan mood stabilizer, untuk mengetahui biaya rata-rata pengobatan pasien bipolar yang menjalani rawat inap dan untuk melihat outcome terapi penggunaan mood stabilizer pada pasien bipolar di Rumah sakit Jiwa Daerah Surakarta.


Penelitian ini merupakan penelitian observasi deskriptif dan pengambilan data diambil secara retrospektif dari berkas rekam medik untuk memperoleh biaya dan outcome terapi penggunaan mood stabilizer pada pasien gangguan bipolar rawat inap di RSJD Surakarta. Subyek dalam penelitian ini adalah pasien bipolar rawat inap yang di diagnosa dengan gangguan bipolar yang mendapatkan terapi mood stabilizer golongan antipsikotika. Biaya yang dihitung meliputi, biaya obat mood stabilizer golongan antipsikotika, ruang perawatan, asupan gizi, penunjang, tindakan medis, obat dan alkes. Outcome yang diukur meliputi skor PANSS, perubahan berat badan dan frekuensi kejadian ekstrapiramidal.


Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 60 orang. Rata-rata total biaya terapi bipolar adalah Rp 8.018.974 untuk satu episode rawat inap. Biaya rata-rata tertinggi yaitu kelompok antipsikotik tipikal (Rp. 6.406.123), kelompok antipsikotik kombinasi (Rp. 5.357.665), kelompok antipsikotik atipikal (Rp. 3.890.713). Outcome terapi penggunaan mood stabilizer antipsikotik atipikal skor PANSS rata-rata 46.2, perubahan berat badan 0,0 kg dan kejadian EPS sebesar 10%, kelompok tipikal skor PANSS 38.87, perubahan berat badan 0,53 kg dan kejadian EPS 0 %, sedangkan kombinasi atipikal-tipikal skor PANSS 41,38, berat badan 0,95 kg dengan kejadian EPS 2,38%. Berdasarkan hasil dapat disimpulkan mood stabilizer atipikal lebih efektif dalam penurunan skor PANSS, tetapi memiliki kecenderungan terjadinya kejadian ekstrapiramidal.

Rincian Artikel

Cara Mengutip
Ferdinan Jalung, Tri Murti Andayani, & Gunawan Pamudji Widodo. (2020). ANALISIS BIAYA DAN OUTCOME TERAPI PENGGUNAAN OBAT MOOD STABILIZER PADA PASIEN GANGGUAN BIPOLAR RAWAT INAP DI RSJD SURAKARTA TAHUN 2017. Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, 3(1), 20-25. Diambil dari https://www.journal.stifera.ac.id/index.php/jfsi/article/view/45
Bagian
Articles